Sabtu pagi jam 05.00 dah shubuhan di Masjid Sudirman langsung meluncur ke De Surau untuk R2C. R2C kali ini diadakan di Sangeh, tepatnya di parkiran hutan lindung Sangeh yang berjarak kira – kira 60 km dari de surau restaurant. Rute ini sudah empat kali kami lewati, namun aku baru kali ke 2 menghadapi rute ini. Rute ini menghadirkan pemandangan dan tantangan yang lengkap, ada nyemplung sungai, menanjaki gunung, menuruni gunung, melewati pematang sawah dan menjelajahi hutan. Wah terasa segar sekali udara sangeh ini, dengan ditemani suara burung, desik daun yang ditiup angin dan gemericik air menjadikan suasana begitu ramai tapi menenangkan. R2C kali ini berakhir sekitar pukul 10.00. Cukup melelahkan sekaligus menyenangkan karena seperti pengalaman alam seperti ini hanya didapatkan jika ada niatnya....makanya R2C-an dong..hehehe...
Pukul 10.00 aku kembali ke kos-kosan lalu tanpa niat dan tanpa rencana aku ingin memberikan surprise untuk istriku tercinta. Aku pinjem mobil kantor dan langsung meluncur ke daerah yang dulu pernah menjadi arena tracking R2C juga. Sebuah tempat yang memiliki perpaduan antara ciptaan manusia dengan izin Allah dan ciptaan Allah yang Maha Indah. Sekali lagi dalam perjalanan istriku belum mengetahui tempat ini, karena memang aku merahasiakannya..hehehe.. Tempat ini letaknya masih di utaranya Sangeh sekitar 100 km dari Denpasar. Tempat ini adalah jembatan bakung, sebuah jembatan buatan PT.Hutama Karya yang panjangnya 360 meter, lebar 9,6 meter, dengan pilar tertinggi mencapai 71,14 meter, dan pondasi pilar 41 meter di bawah tanah. Jembatan itu berteknologi balanced cantilever, dengan estimasi usia pakai selama 100 tahun. Dengan alasan supaya tidak mengurangi pemandangan di sekitarnya, jembatan itu tidak dibangun dengan atap di atasnya. Konstruksi jembatan itu diperkirakan tahan terhadap gempa hingga 7 skala Richter. Jembatan itu menggantikan jembatan lama yang letaknya berada 500 meter di arah selatan Jembatan Tukad Bangkung. Dan Diperlukan dana Rp 49 miliar lebih untuk membangun jembatan itu. Dana itu berasal murni dari APBD Provinsi Bali, dengan sistem multiyears sejak tahun 2001 lalu. Pembangunan jembatan itu sekaligus memangkas jarak di jembatan lama sepanjang 6 kilometer.
Pukul 10.00 aku kembali ke kos-kosan lalu tanpa niat dan tanpa rencana aku ingin memberikan surprise untuk istriku tercinta. Aku pinjem mobil kantor dan langsung meluncur ke daerah yang dulu pernah menjadi arena tracking R2C juga. Sebuah tempat yang memiliki perpaduan antara ciptaan manusia dengan izin Allah dan ciptaan Allah yang Maha Indah. Sekali lagi dalam perjalanan istriku belum mengetahui tempat ini, karena memang aku merahasiakannya..hehehe.. Tempat ini letaknya masih di utaranya Sangeh sekitar 100 km dari Denpasar. Tempat ini adalah jembatan bakung, sebuah jembatan buatan PT.Hutama Karya yang panjangnya 360 meter, lebar 9,6 meter, dengan pilar tertinggi mencapai 71,14 meter, dan pondasi pilar 41 meter di bawah tanah. Jembatan itu berteknologi balanced cantilever, dengan estimasi usia pakai selama 100 tahun. Dengan alasan supaya tidak mengurangi pemandangan di sekitarnya, jembatan itu tidak dibangun dengan atap di atasnya. Konstruksi jembatan itu diperkirakan tahan terhadap gempa hingga 7 skala Richter. Jembatan itu menggantikan jembatan lama yang letaknya berada 500 meter di arah selatan Jembatan Tukad Bangkung. Dan Diperlukan dana Rp 49 miliar lebih untuk membangun jembatan itu. Dana itu berasal murni dari APBD Provinsi Bali, dengan sistem multiyears sejak tahun 2001 lalu. Pembangunan jembatan itu sekaligus memangkas jarak di jembatan lama sepanjang 6 kilometer.
Jembatan yang hebat dan pemandangan yang indah, ditambah dengan udara segar yang menyelimuti kami sehingga badan terasa enteng dan positif kembali. Istrikupun senang, mudah – mudahan ‘dedek’nya juga ikut senang karena memang aku ingin mengajak istriku keluar sementara dari pemandangan kos-kosan yang sumpek dan pengap..hehehe...
Sekitar pukul 15.00 kami pulang dari jembatan, agak terburu – buru karena pukul 16.30 aku sudah memiliki janji dengan rekan – rekan liqo untuk mabid di kampung kecicang Islam, karangasem. Dengan kecepatan tinggi aku memacu mobil pinjaman ini, tapi tentunya di jalan yang halus saja, karena aku tidak mau ambil resiko dengan kondisi istriku yang alhamdulillah sudah berbadan dua. Dan alhamdulillah memang jalan di Bali rata – rata sudah halus, karena besarnya perhatian pemerintah daerah terhadap kondisi jalan, apalagi jalan menuju daerah wisata. Alhamdulillah sampe di kos-kosan pukul 16.30 dan langsung siap-siap berangkat menuju tempat pertemuan yang berada di belakang kos-kosan juga sih..hehehe...telat 15 menit.
Sekitar pukul 17.30 kami langsung berangkat menuju kampung kecicang Islam di daerah Karangasem yang berjarak kira – kira 120 km dari Denpasar tentunya dengan mobil pinjaman kantor..hehehe... Sekitar pukul 19.20 kami sampai di kampung kecicang Islam. Kampung ini mungkin merupakan satu-satunya kampung di Bali yang menggunakan kata Islam..subhanallah..luar biasa.. Berada di kampung ini serasa bukan berada di Bali, karena dari suara adzan Isya’ dan adzan shubuh saja kami merasa seperti berada di jawa. Suara adzan yang bersahut-sahutan dan menggetarkan hati kami lewat nama – nama Allah yang dikumandangkan dengan indah di semua corong masjid di sekitar kampung ini. Subhanallah.. Kamipun mabid di salah satu masjid di perkampungan yang terdapat Aleg satu – satunya dari PKS di wilayah karangasem.
Weekend kali ini luar biasa, 280 km perjalanan darat yang membawa kepada tempat – tempat indah dan bermanfaat. Olahraga jasmani, rohani dan pikiran..Alhamdulillah.. Dan sekarang tinggal sisanya saja alias capeknya...hehehehe....Mudah – mudahan cepat fit kembali..Amin...
Sekitar pukul 15.00 kami pulang dari jembatan, agak terburu – buru karena pukul 16.30 aku sudah memiliki janji dengan rekan – rekan liqo untuk mabid di kampung kecicang Islam, karangasem. Dengan kecepatan tinggi aku memacu mobil pinjaman ini, tapi tentunya di jalan yang halus saja, karena aku tidak mau ambil resiko dengan kondisi istriku yang alhamdulillah sudah berbadan dua. Dan alhamdulillah memang jalan di Bali rata – rata sudah halus, karena besarnya perhatian pemerintah daerah terhadap kondisi jalan, apalagi jalan menuju daerah wisata. Alhamdulillah sampe di kos-kosan pukul 16.30 dan langsung siap-siap berangkat menuju tempat pertemuan yang berada di belakang kos-kosan juga sih..hehehe...telat 15 menit.
Sekitar pukul 17.30 kami langsung berangkat menuju kampung kecicang Islam di daerah Karangasem yang berjarak kira – kira 120 km dari Denpasar tentunya dengan mobil pinjaman kantor..hehehe... Sekitar pukul 19.20 kami sampai di kampung kecicang Islam. Kampung ini mungkin merupakan satu-satunya kampung di Bali yang menggunakan kata Islam..subhanallah..luar biasa.. Berada di kampung ini serasa bukan berada di Bali, karena dari suara adzan Isya’ dan adzan shubuh saja kami merasa seperti berada di jawa. Suara adzan yang bersahut-sahutan dan menggetarkan hati kami lewat nama – nama Allah yang dikumandangkan dengan indah di semua corong masjid di sekitar kampung ini. Subhanallah.. Kamipun mabid di salah satu masjid di perkampungan yang terdapat Aleg satu – satunya dari PKS di wilayah karangasem.
Weekend kali ini luar biasa, 280 km perjalanan darat yang membawa kepada tempat – tempat indah dan bermanfaat. Olahraga jasmani, rohani dan pikiran..Alhamdulillah.. Dan sekarang tinggal sisanya saja alias capeknya...hehehehe....Mudah – mudahan cepat fit kembali..Amin...
No comments:
Post a Comment
Ayo ayo sobat sobat dikomentarin ya....
kalo istilah iklannya sih "komentarmu mengalihkan duniaku" kekekeke....