Secercah harapan dari Jalinan Persaudaraan

Tadi malem abis (meminjam istilahnya akashiroo) dugem alias duduge melingkar di rumahku. Materi sih seperti biasa, namun dugem kali ini meninggalkan cerita haru dan sedih dari salah seorang sahabat kami. Sahabat yang notabene jago bahasa Arab dan hafal sebagian Al-Qur'an itu bercerita tentang cobaan kehidupannya saat ini. Cobaan itu begitu berat baginya sehingga membuatnya memutar otak lebih keras daripada kami yang "nyaman" dengan kehidupan kami. Ceritanya menegur "keras" kami yang dianugerahi cobaan yang tidak seberapa dengan cobaan yang dia alami...Astaghfirullah...

Dulu, ketika istrinya hendak melahirkan divonis dokter tidak akan bisa melahirkan secara normal. Dokter menyarankan untuk cesar (eh bener gk tulisannya ya?.). Namun beliau belum menyanggupi karena biayanya yang belasan juta. Akhirnya bayi yang seharusnya lahir pada waktunya pun tertunda. Beberapa hari kemudian seseorang yang baik meminjamkan dana cukup untuk membantu persalinan istrinya. Alhamdulillah bayi dapat dilahirkan dengan selamat walaupun harus masuk inkubator lagi karena banyak juga air ketuban yang terminum oleh sang bayi. 

Cobaan pun belum berhenti, seseorang yang meminjamkan tadi tidak mau kalo dicicil pembayaran hutangnya. Tujuh belas juta harus dibayar dengan termin 3 kali dalam waktu 3 bulan. Masya Allah berat rasanya untuk seorang guru seperti beliau. Karena malu dari seseorang tadi beliaupun hijrah ke denpasar dan bekerja di sini. 

Kini setelah 4 tahun dari kejadian itu hutang masih belum terbayar. Kebutuhan yang mendesak sehari - harinya menghabiskan gajinya sebagai guru madrasah, sehingga cicilan hutang belum terealisasi juga. Dalam hati...akupun menyesal mengapa mengetahui ini terlambat, sehingga rezeki yang kemarin aku terima tidak bisa membantu beliau. 

Sudah banyak cara beliau lakukan untuk menambah penghasilan, mulai dari les - les privat bahasa Arab, MLM dan jualan - jualan barang lain. Namun apadaya, usaha beliau masih belum cukup untuk menutupi hutang yang belasan juta tadi. Mungkin dengan banyaknya cobaan yang beliau alami membuat beliau akhirnya cerita segamblang - gamblangnya kepada kami. Berharap secercah penerangan walopun sebatas ide - ide dari kami.

Dengan cerita beliau kamipun tergugah dan menyarankan beliau untuk menerima pekerjaan di sekolah lain yang memberikan penghasilan lebih bagi beliau. Ada satu sekolah yang terbuka lebar peluangnya untuk beliau sebagai guru bahasa Arab dan guru Agama Islam. Dan peluang lain adalah menjadi guru negri di departemen agama yang sudah bekerjasama dengan lembaga yang dipimpin murobbi kami. Dan untungnya kami banyak kenal dengan orang - orang di sekolah itu. Sehingga peluang untuk masukpun semakin lebar (bukan KKN lo ya..hahaha) karena memang beliau ahli bahasa Arab yang sangat dibutuhkan sekolah tersebut. Alhamdulillah banyak jalan keluar ketika persaudaraan ini begitu lekat dan begitu dekat. 

Beliau awalnya menolak karena sertifikasi (yang belum pasti juga..) akan dikeluarkan dalam waktu dekat jika masih bekerja di sekolah yang lama . Namun dari history yang beliau ceritakan, sertifikasi tidak tentu waktu keluarnya walaupun sudah dijanjikan oleh kepala sekolahnya. Akhirnya dengan sedikit berbalas argumen beliaupun menyetujui untuk hijrah sesegera mungkin. Murobbipun berjanji untuk mengusahakan beliau bisa diterima sebagai guru agama di sekolah - sekolah negri yang sudah bekerjasama dengan lembaga yang dipimpinnya. Alhamdulillah...secercah harapan itu masih ada,...insya Allah hutang antum segera terlunasi....Amin...