Dua orang staff di
Kupang mutasi dan promosi ke Denpasar, ada kesedihan tapi juga ada ikut bahagia.
YUp karena mereka memang bahagia meninggalkan Kupang. Raut bahagia terpancar jelas di
wajah mereka. Akupun membayangkan bagaimana raut wajahku ketika nanti aku meninggalkan
kota ini. Tentu saja sangat tergantung kemana aku akan meninggalkan kota ini.
Jika ke denpasar tentu saja raut wajahku tidak akan sesenang
mereka, jika ke pulau Jawa lebih bahagia, namun jika ke Sumatera aku akan sangat
bahagia sekali, namun jika kehendak Allah ke Kalimantan atau Sulawesi
sepertinya raut wajahku akan lebih bahagia daripada harus ke denpasar. Denpasar adalah kota yang mengusik keimananku. Aku
memang terlalu sulit untuk menyembunyikan raut wajahku yang menggambarkan suasana
hatiku. Mudah2an nanti ketika harus meninggalkan kota ini raut wajahku bahagia
yang berawal dari hati.
Namun jika ke Jogjakarta dan bukan jawa yang lain aku
bernazar akan sedekah 100% gaji pokok pertamaku di Jogjakarta..Amin... Memang
jawa itu luas, namun Jogjakarta Berhati Nyaman adalah kota keduaku setelah bandar lampung. Sebagian
diriku berkembang di sana dan aku menemukan kedewasaanku di sana.Mudah2an Allah
mengabulkan doaku ini..Amin..
Sumatera juga daerah yang belum aku kuasai, Bandar Lampung
adalah kota kelahiranku dan insya Allah akan menjadi tempat investasiku. Karena
walopun ayahku Sumsel dan ibuku Padang, Lampung tetaplah kotaku. Aku masih
sangat ingin memajukan Bandar Lampung yang menurutku masih bisa jauh lebih baik
dari sekarang.
Aku sangat berharap tinggal dalam kedewasaan di dua kota itu,
yup karena ketika masih tinggal di kota – kota itu aku masih kanak kanak dan
remaja yang belum mengerti bener apa itu kesulitan hidup, tujuan hidup dan
teman hidup (hahaha....love u umi).
Namun jika harus menghindari kota apa, tentu saja aku akan dengan
lantang menjawab Jakarta dan Surabaya. Aku lebih memilih kota – kota kecil
seperti Garut, Purwokerto, Solo, Serpong, Tangerang, Cilegon, Serang atau kota –
kota yang bukan kota metropolitan seperti Bandung, Semarang, Medan, Padang,
Makassar, dan lainnya. Aku tidak menikmati macet dan tidak menikmati pola hidup
kota besar. Aku lebih senang kerja 8 jam sehari, pulang ke rumah dengan tenaga
yang masih fit dan bermain bercengkerama dengan istri dan anakku di peak time
(istilah tipi tipi).
Namun kalopun takdir Allah berkata lain, aku akan sangat
menerima. Di tanah manapun di dunia ini semuanya milik Allah, namun aku tentu
boleh berdoa agar dikabulkan permohonan – permohonanku di tulisan tadi. Yang
penting untuk tinggal di suatu kota adalah dekat masjid, bersama keluarga, ada
tempat futsal, ada tempat berenang dan lingkungan tetangga yang saling
menghormati perbedaan. Dan di Indonesia insya Allah semua persyaratan itu ada
di setiap kota... I Love Indonesia...
No comments:
Post a Comment
Ayo ayo sobat sobat dikomentarin ya....
kalo istilah iklannya sih "komentarmu mengalihkan duniaku" kekekeke....